JABARNEWS.ID, BOGOR — Seorang wali murid bernama Yanti (38) kelimpungan usai mengetahui anaknya didiskualifikasi saat daftar ulang penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Padahal, dia sudah menyetorkan sejumlah uang jutaan rupiah kepada oknum pegawai di sekolah tersebut. Kini, Yanti harus menutup rapat-rapat keinginan anaknya menjadi salah satu siswa di SMPN 3 Citeureup.
“Awalnya nama anak saya ada di link (website PPDB), nah udah gitu pas lihat di papan pengumuman sekolah ini (daftar ulang) malah didiskualifikasi bahwa nama anak saya gak masuk. Jadi bingung kan saya,” ujar Yanti kepada wartawan, Jumat (12/7/2024).
“Kan waktu saya nitip (setor) duit ke orang (oknum sekolah) ini katanya dijamin masuk. Orang itu bilang aman-aman, jangan dengerin suara-suara di sana,” sambung Yanti.
Yanti mengungkapkan, calon peserta didik yang mendaftar PPDB di SMPN 3 Citeureup memang membeludak. Mereka mendaftar lewat jalur prestasi dan zonasi.
Nama-nama calon peserta didik tersebut rata-rata muncul di situs PPDB. Namun ketika daftar ulang atau verifikasi data, pihak sekolah mendiskualifikasi 59 siswa karena data tidak sesuai.
Yanti mengaku mendaftarkan anaknya lewat jalur prestasi. Hal tersebut, saran dari oknum tersebut karena jika mengambil jalur zonasi dipastikan tidak masuk, meski warga Citeureup. Sang oknum lalu menjanjikan kelolosan PPDB sampai tahap final. Namun ternyata, pada situs PPDB anaknya diterima lewat zonasi.
“Saya kan gak mau ribet. Yang penting kata dia anak itu dijamin masuk. Sudah ada 2,5 juta yang keluar (disetor). Saya kenal oknum ini dari tetangga. Katanya, dia udah sering masukin kayak gitu dan dijamin masuk. Dari tahun ke tahun, tapi kok sekarang malah begini,” ungkapnya.
Yanti sudah menemui oknum tersebut. Ia dan orangtua lainnya sempat berdebat. Si oknum itu mengaku tidak bisa mengusahakan anak-anak masuk SMPN 3. Dia pun ingin bertanggungjawab dengan mengembalikan uang-uang tersebut.
Yanti mengaku sedih dan menyesal karena mendaftarkan anaknya ke SMPN Citeureup lewat oknum. Padahal, anaknya memiliki nilai bagus alias berprestasi. Kini, ia tak tahu lagi harus mendaftarkan anaknya kemana.
“Makanya saya nyeselnya di situ, saya nitip lewat jalur prestasi. Tapi dilewatkan lewat zonasi. Lewat zonasi kepentok begini, kan siapa yang mau tanggung jawab. Dia (oknum sekolah) gak mau tanggung jawab. Pihak guru dan staf sini sudah konfirmasi ke kita dan tetap gak bisa masuk,” ungkapnya.
Yang saya mau anak saya bisa masuk sekolah, saya gak butuh uang saya kembali. Saya ingin anak saya tetap sekolah karena kalau anak saya mau (daftar) ke sekolah lain udah pada tutup,” tambahnya.