Kegiatan Malam Bina Iman Takwa (MABIT) Berakhir Tragis, Santri Hilang Terseret Arus ke Sungai Citanduy Tasikmalaya

JABARNEWS.ID, Tasikmalaya — Bima Maulana, seorang guru pembimbing Madrasah Jamiatul Al Washliah langsung bergegas nyebur ke irigasi Batu Bangkong untuk mengevakuasi santrinya. Momen menegangkan itu terjadi saat sejumlah santri madrasah tersebut terseret arus deras menuju pintu air yang mengarah ke Sungai Citanduy.

Awalnya, tempat Bima mengajar menggelar acara malam bina iman taqwa (Mabit). Esok harinya, tepatnya pada Minggu (3/11/2024) pagi, sejumlah santri meminta izin untuk berenang atau main air di irigasi Batu Bangkong Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang. Sebanyak 24 anak yang mengikuti kegiatan Mabit. Dari total santri itu, belasan anak bermain di irigasi.

“Sekitar jam 06.30 WIB, kami berjalan kaki ke kawasan irigasi ini,” kata Bima Maulana, salah seorang pendamping kegiatan itu.

Kawasan irigasi itu merupakan objek wisata sungai tepi Citanduy, meski saat ini kondisinya sudah tak terurus. “Lalu anak-anak ingin berenang, main air di irigasi. Ya kami izinkan,” kata Bima.

Padahal saat itu kondisi debit air cukup besar dan air relatif keruh, karena kemarin hujan cukup deras. Di sisi lain, di jarak sekitar 100 meter bagian hilir irigasi, petugas pintu air sedang membuka saluran pembuang yang mengarah ke sungai Citanduy. Diketahui Minggu pagi merupakan jadwal rutin petugas membuka pintu air.

“Saat mulai bergerak ke hilir, ada orang (petugas pintu air) yang memberi peringatan. Menyuruh kami segera naik,” kata Bima.

Bima yang saat itu sebatas mengawasi dari pinggir sungai, langsung terjun untuk mengevakuasi anak-anak dari irigasi. “Jarak ke pintu air semakin dekat, saya sebisa-bisa menaikkan anak-anak yang sedang di air, saya dorong dari bawah, di bantu sama si bapak itu (petugas pintu air) di atas,” kata Bima.

Namun jarak yang semakin dekat pada akhirnya menghanyutkan Bima, korban H, korban N dan korban A. Jadi empat orang ini tersedot pintu air yang terbuka dan terhempas ke aliran besar sungai Citanduy.

“Saya terseret sama 3 anak, beruntung pas di bawah, saya masih sadar dan masih memegang N,” kata Bima.

Sementara A dan H hilang dari pantauan Bima. Tak lama berselang, A terlihat di sungai Citanduy dia segera diselamatkan oleh Abdul Hafid, pengajar madrasah lainnya.

Sementara H sejak saat itu tak ditemukan. Diduga dia menghilang akibat terseret arus sungai Citanduy. Hingga siang ini petugas gabungan masih melakukan pencarian keberadaan anak kelas V SD itu.

Kapolsek Indihiang Kompol Iwan mengatakan usai menerima laporan pihaknya langsung melakukan evakuasi puluhan anak-anak itu ke lokasi aman. Pihaknya juga langsung melakukan penyelidikan terkait peristiwa itu dengan memeriksa saksi-saksi.

“Kami pastikan dulu semua peserta yang ada, dibawa ke tempat aman, setelah dilakukan pemeriksaan dilaporkan seorang santri hilang,” kata Iwan.

Iwan juga membenarkan kelompok anak-anak itu sedang berenang, kemudian 3 orang diantaranya terseret arus pintu air yang terbuka sehingga terhempas ke sungai Citanduy.

“Jadi sedang dalam rangkaian acara Mabit. Setelah salat Subuh, mereka lakukan olahraga, tapi anak-anak ingin berenang,” kata Iwan.

Iwan menjelaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Basarnas, BPBD dan tim SAR Polri untuk melakukan upaya pencarian. Hingga tengah hari ini, upaya pencarian masih berlangsung.

Redaksi
Author: Redaksi

redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *