Kisah Polisi Cirebon Pertemukan Ayah dan Anak yang Terpisah Selama 31 Tahun

JABARNEWS.ID, Cirebon — Rindu yang menggebu tak mampu dibendung Yanto atau dikenal sebagai Pastor Robertus Belarius Asianto (40), setelah 31 tahun terpisah dengan ayahnya, Radi (82). Hingga akhirnya, upaya Yanto untuk menemui sang ayah dengan bantuan seorang polisi, berbuah manis.

Kisah bermula pada tahun 1976 silam, Radi merantau ke Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT), bersama dua orang temannya untuk bekerja sebagai nelayan. Selama hampir setahun, ia mencari ikan di perairan Ruteng.

Di sana, Radi menikahi seorang wanita bernama Asiah asal Mojokerto, Jawa Timur. Setelah beberapa tahun menikah mereka akhirnya dikaruniai seorang anak pada tahun 1984 bernama Yanto.

“Waktu tahun 1976 saya berangkat sama dua orang teman saya dari desa yang sama ke Ruteng NTT,” kata Radi di kediamannya, Selasa (19/11/2024).

“Waktu saya di Ruteng itu ikut kerja buat cari ikan, nah saya ketemu tuh sama ibunya Yanto terus nikah,” sambungnya.

Namun, takdir memisahkan mereka. Ketika Yanto duduk di kelas 3 SD, Radi harus kembali ke Cirebon. Kesulitan finansial membuat Radi tidak mampu kembali ke Ruteng untuk mencari anaknya.

“Seingat saya saat itu Yanto kelas 3 SD, terus saya pisah sama ibunya dan saya pulang ke Cirebon. Mau cari Yanto juga saya enggak punya uang jadi ya saya enggak bisa balik lagi kesana (NTT),” terangnya.

Sebagai gantinya, ia menitipkan sebuah foto berukuran 10R kepada pemerintah desa di Ruteng, berharap foto itu suatu hari bisa sampai ke tangan Yanto.

“Kebetulan saya pernah nitipin foto saya ke teman saya yang jadi kepala desa di sana namanya Pak Frans. Saya nitip pesan ke Pak Frans kalau anak saya (Yanto) udah cukup besar kasihkan foto ini supaya ingat terus sama bapaknya,” bebernya.

Sampai puluhan tahun berlalu, Yanto yang kini bertugas sebagai seorang pastor di Atambua, NTT memutuskan untuk mencari ayahnya setelah menyelesaikan studi S2 di Salatiga.

Yanto meminta tolong pada seorang Polisi RW bernama Aiptu Hadi, anggota Polresta Cirebon. Kala itu, Aiptu Hadi menerima pesan WhatsApp dari Yanto.

“Ia (Yanto pria 40 tahun) menghubungi saya melalui nomor yang saya cantumkan di Instagram. Mas Yanto mengatakan ingin mencari ayahnya (Radi pria 82 tahun) yang tinggal di Desa Keduanan berdasarkan petunjuk dari foto lama,” tutur Hadi.

Hadi menjelaskan, selama puluhan tahun Yanto menyimpan kerinduan untuk bertemu sang ayah bernama Radi, yang meninggalkan NTT saat ia masih kecil. Ketika Yanto berada di Salatiga untuk melanjutkan pendidikan kuliah S2 dan hendak menuju Jakarta, kenangan tentang sang ayah kembali menguat.

Ia pun mencoba mencari informasi melalui internet hingga menemukan akun Instagram Aiptu Hadi yang menampilkan aktivitasnya sebagai polisi RW.

“Dapat pesan itu dari Mas Yanto, saya langsung bergerak cepat. Saya konfirmasi ke perangkat desa, dan ternyata benar, nama Pak Radi ada di sana. Setelah memastikan, saya menghubungi Mas Yanto, lalu kami bersama-sama mendatangi rumah Pak Radi,” kenang Hadi.

Pertemuan itu tak hanya penuh haru, tetapi juga menjadi saksi betapa cinta seorang anak kepada ayahnya tak pernah luntur meski terpisah waktu dan jarak.

“Ketika mendengar cerita dari keduanya, banyak kesamaan yang menguatkan bahwa mereka benar ayah dan anak,” ujarnya.

Akhirnya, sebuah pertemuan penuh haru terjadi di sebuah desa Keduanan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Juni 2024. Seorang ayah yang telah terpisah dari anaknya, akhirnya bisa memeluk kembali putranya.

“Saya baru pertama kali ke Cirebon. Semuanya terasa asing, saya juga sempatin mumpung saya di Jawa buat cari-cari ayah saya,” ungkap Yanto.

Radi mengaku tak dapat menahan air matanya saat melihat putra yang lama hilang kini berdiri di hadapannya.

“Saya sangat senang dan bangga. Anak saya sudah menjadi seorang pastor dan berpendidikan tinggi,” ujar Radi dengan mata berkaca-kaca.

Kisah ini adalah bukti bahwa kasih keluarga tak mengenal batas waktu dan jarak. Meskipun terpisah lebih dari tiga dekade, pertemuan ini mengingatkan kita akan pentingnya harapan, keberanian, dan bantuan sesama dalam mengatasi rintangan.

“Pertemuan ini adalah mukjizat bagi saya,” tutup Yanto. Ia berharap kisahnya bisa menginspirasi orang lain untuk tidak pernah menyerah dalam mencari cinta dan hubungan keluarga yang telah hilang.

Redaksi
Author: Redaksi

redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *